Kenapa Setiap Co-founder Perlu Tau soal Operasional

Taufik M. Aditama
2 min readDec 5, 2019

Peran di operasional membantu saya memiliki ownership yang lebih baik terhadap perusahaan. Contohnya begini.

Hari ini, UMK kota Bandung dinyatakan naik. Sepuluh tahun yang lalu, kabar seperti ini akan bikin saya meloncat gembira. Sedangkan dua tahun yang lalu, saya akan merasa kalau kabar seperti ini bukan urusan saya. Tapi lima hari yang lalu, saya garuk-garuk kepala.

Tidak, bukan berarti saya enggan untuk menaikkan gaji karyawan kami. Puji Tuhan semua karyawan yang dikontrak Aniqma sudah di atas UMK.

Tapi begini ceritanya.

Sepuluh tahun yang lalu, saya memulai karir sebagai customer service yang underpaid. Maka saya paham kalau setiap kemungkinan untuk naik gaji adalah kabar dari surga.

Lama menapaki karir di korporasi dan startup kecil-kecil, kemudian dua tahun yang lalu, saya memutuskan untuk menerima tantangan jadi co-founder, tapi di peran yang sebetulnya kurang signifikan bagi early stage software house, yaitu Brand.

Kontribusi saya di brand adalah bikin semua aspek digital dan offline presence publication, yang mana ketika semua sudah tercentang, maka saya seharusnya sadar diri untuk mulai pegang peran yang lebih penting, dan kebutuhannya terpampang nyata: aspek administratif.

Supaya kalian paham tentang kondisi perusahaan kami, jadi begini. 100% founder Aniqma adalah pria. Di tengah testosteron yang meledak-ledak, tidak ada yang mau mengambil peran yang clerical, administratif, yang tampak membosankan. Maka selama setahun, kami beroperasi hampir seperti koboi.

Lalu sekitar 6 bulan lalu saya putuskan untuk ambil peran ini. Sekarang, sejumlah due diligence aspek administratif mulai terurai satu per satu. Saya tidak bisa mengklaim kalau saya telah melakukan pekerjaan yang baik disini, tapi ketika merapikan aspek administratif itulah, saya mulai mengerti tentang kondisi riil perusahaan. Sehingga peristiwa kenaikan UMK 2020 membuat saya merefleksi perjalanan hidup saya ke belakang.

Tidak, ini tidak seperti yang sedang kamu pikirkan. Tenang saja, Alhamdulillah saat ini Aniqma, perusahaan kami, masih beroperasi di neraca yang sehat.

Saya hanya berusaha menekankan kalau saya sempat abai pada kondisi perusahaan ketika saya tidak paham soal peran operasional, atau ketika saya menulis soal Berapa Seharusnya Gaji Programmer di Indonesia sebagai assignment saya untuk Refactory yang sebetulnya lebih ke soal mengkampanyekan tentang membuka semangat dan optimisme terhadap dunia pemrograman agar Refactory bisa menarik minat lebih banyak calon student.

Realitanya adalah, membandingkan satu perusahaan dengan perusahaan lain yang sebetulnya bergerak di vertikal yang berbeda, adalah kontra produktif. Misalnya antara software house dengan startup unicorn. Meski key resource kami sama-sama software engineer, tapi revenue stream atau sumber pendapatan kami berbeda. Kapasitas produksi juga berbeda. Strategi perusahaan untuk mencapai sustainability tentu juga berbeda.

Jadi begitulah. Pendek kata, substansi dari tulisan ini adalah bagaimana peran di operasional membuka sudut pandang baru saya tentang kondisi perusahaan.

Maka setiap founder, saya pikir, perlu untuk mulai merasa bertanggungjawab pada aspek operasional.

--

--

Taufik M. Aditama

Quirky, kind, but shy. Snarky, when i am comfortable enough to talk with you. COO of a hyper micro software studio in Indonesia